Friday 23 November 2012

Sejarah Sebermula Kerajaan Perlak Sampai Kejatuhannya.



Prakata

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 "Verba volant, scripta manent", kata kata yang diungkapkan terbang begitu sahaja, kata kata yang tertulis ia kekal. Betul atau tidak justifikasi pepatah Latin ini bukan untuk kita hujahkan tapi untuk sama sama kita renungkan. Maka dari itu tulisan ini disusun dari beberapa narasumber bagi memastikan pengetahuan mengenai sejarah Kerajaan Perlak ini tidak hanya berlegar di minda kita semua dan kemudiannya hilang begitu sahaja tanpa punca. Kita juga tidak mahu kajian ini hanya bersifat 'touch and go' sahaja maka dengan tulisan ini dan tulisan dari sukarelawan lainnya dapat kiranya digunakan bagi kajian kajian pada masa akan datang.

"Ikat lah ilmu dengan menuliskannya", Sayyidina Ali Abi Talib.



Sejarah Sebermula Kerajaan Perlak Sampai Kejatuhannya.



       Kesultanan Peureulak atau Perlak adalah kerajaan Islam di Indonesia yang berkuasa di sekitar wilayah Peureulak, Aceh Timur antara tahun 840 sampai tahun 1292. Perlak terkenal sebagai suatu daerah penghasil kayu perlak, jenis kayu yang sangat bagus untuk pembuatan kapal, dan karenanya daerah ini dikenal dengan nama Negeri Perlak. Hasil alam dan posisinya yang strategis membuat Perlak berkembang sebagai pelabuhan niaga yang maju pada abad ke-8, disinggahi oleh kapal-kapal yang antara lain berasal dari Arab dan Persia. Hal ini membuat berkembangnya masyarakat Islam di daerah ini, terutama sebagai akibat perkawinan campur antara saudagar muslim dengan perempuan setempat.

          Ada banyak kerajaan Islam di Indonesia. Tentu ini adalah salah satu faktor yang menjadikan Islam sebagai agama bagi majoriti penduduk di Indonesia. Dari sekian banyak kerajaan, kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak yang terletak di Aceh Timur, daerah Perlak di Aceh sekarang. Begitupun, ada beberapa pendapat menyebutkan kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai. Namun, fakta menyebutkan Perlak lebih dulu ada daripada Samudera Pasai. Kerajaan Perlak muncul mulai tahu 840 M sampai tahun 1292 M. Bandingkan dengan kerajaan Samudera Pasai yang sama-sama mengambil lokasi di Aceh. Berdiri tahun 1267, Kerajaan ini akhirnya lenyap tahun 1521. Entah mengapa dalam buku-buku pelajaran, tertulis secara jelas kerajaan Samudera Pasai-lah kerajaan Islam yang pertama di Indonesia. Sebuah kesengajaan atau sebuah kebetulan ?

          Berbeda dengan kesepakatan yang pasti tentang daerah yang pertama kali dimasuki Islam ataupun kerajaan Islam pertama di Jawa, kerajaan Islam pertama di Indonesia masih simpang siur kepastiannya.

         Kerajaan Perlak  berdiri tahun 840 M dengan rajanya yang pertama, Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah. Sebelumnya, memang sudah ada Negeri Perlak yang pemimpinnya merupakan keturunan dari Meurah Perlak Syahir Nuwi atau Maharaja Pho He La. Pada tahun 840 ini, datanglah rombongan berjumlah 100 orang yang dipimpin oleh Nakhoda Khalifah. Tujuan mereka adalah berdagang sekaligus berdakwah menyebarkan agama Islam di Perlak. Pemimpin dan para penduduk Negeri Perlak pun akhirnya meninggalkan agama lama mereka untuk berpindah ke agama Islam. Selanjutnya, salah satu anak buah Nakhoda Khalifah, Ali bin Muhammad bin Ja`far Shadiq dinikahkan dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi. Dari perkawinan mereka inilah lahir kemudian Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah, Sultan pertama Kerjaan Perlak. Sultan kemudian mengubah ibukota Kerajaan, yang semula bernama Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah, sebagai penghargaan atas Nakhoda Khalifah. Sultan dan istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, dimakamkan di Paya Meuligo, Perlak, Aceh Timur.

Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah merupakan sultan yang beralirah paham Syiah. Aliran Syi’ah datang ke Indonesia melalui para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia. Mereka masuk pertama kali melalui Kesultanan Perlak dengan dukungan penuh dari dinasti Fatimiah di Mesir. Ketika dinasti ini runtuh pada tahun 1268, hubungan antara kelompok Syi’ah di pantai Sumatera dengan kelompok Syi’ah di Mesir mulai terputus. Kondisi ini menyebabkan konstelasi politik Mesir berubah haluan. Dinasti Mamaluk memerintahkan pasukan yang dipimpin oleh Syaikh Ismail untuk pergi ke pantai timur Sumatra dengan tujuan utamanya adalah melenyapkan pengikut Syi’ah di Kesultanan Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai. (AcehPedia.com)

Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada sultan. Kaum Syiah memenangkan perang dan pada tahun 302 H (915 M), Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni yang kali ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni.

Pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat tahun antara Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian. Bagian pertama, Perlak Pesisir (Syiah), dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988). Bagian kedua, Perlak Pedalaman (Sunni), dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023). (Wikipedia.com)

Kedua kepemimpinan tersebut bersatu kembali ketika salah satu dari pemimpin kedua wilayah tersebut, yaitu Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal. Ia meninggal ketika Perlak berhasil dikalahkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Kondisi perang inilah yang membangkitkan semangat bersatunya kembali kepemimpinan dalam Kesultanan Perlak. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat, yang awalnya hanya menguasai Perlak Pedalaman kemudian ditetapkan sebagai Sultan ke-8 pada Kesultanan Perlak. Ia melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun 1006.

Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat, melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan dua orang puterinya dengan para pemimpin kerajaan tetangga.  Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, al-Malik al-Saleh. Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal pada tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir yang juga merupakan putera dari al-Malik al-Saleh.

Pada hari perasmian berdirinya Kerajaan Islam itu, Bandar Perlak ditukar namanya menjadi Bandar Khalifah sebagai kenang-kenangan kepada Nakhuda Khalifah yang mula-mula membawa agama Islam ke Bandar Perlak. Bandar Khalifah itu sampai sekarang masih tetap disebut namanya, tetapi daerah itu telah menjadi dusun yang kecil yang tidak berarti lagi.

Kerajaan Perlak merupakan negeri yang terkenal sebagai penghasil kayu Perlak, yaitu kayu yang berkualitas bagus untuk kapal. Tak heran kalau para pedagang dari Gujarat, Arab dan India tertarik untuk datang ke sini. Pada awal abad ke-8, Kerajaan Perlak berkembang sebagai bandar niaga yang amat maju. Kondisi ini membuat maraknya perkawinan campuran antara para saudagar muslim dengan penduduk setempat. Efeknya adalah perkembangan Islam yang pesat dan pada akhirnya munculnya Kerajaan Islam Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Raja dan rakyat penduduk daerah negeri Perlak adalah keturunan dari Maharaja Pho He La Syahir Nuwi (Meurah Perlak Syahir Nuwi) dan keturunan dari pasukan-pasukan pengikutnya.

Beberapa abad kemudian, pada tahun 173 H (800 M) tibalah sebuah kapal saudagar Islam ke Bandar Perlak yang datang dari Teluk Kambey (Gujaraat). Mereka diketuai oleh Nakhuda Khalifah. Di Bandar Perlak mereka dapati bahan perniagaan yang banyak.

Ajaran Islam yang dipaparkan oleh umat Islam rombongan Nakhuda Khalifah kepada putra-putri Bandar Perlak, dengan taufik dan hidayah Allah Yang Maha Esa, mendapat perhatian dan sambutan yang baik sehingga hidup subur dan berkembang berkat ajaran-ajaran dan penerangan-penerangan dari mubaligh-mubaligh yang terus-menerus datang ke negeri Perlak.

Dalam waktu yang tidak sampai setengah abad, umat Islam Perlak yang telah mempunyai keturunan Islam dari perkawinan campuran antara rakyat/penduduk asli (putri-putri Perlak) dengan keturunan Arab, Persi dan Muslim India, telah sanggup mendirikan Kerajaan Islam di negeri Perlak pada hari Selasa sehari bulan Muharam tahun 225 H (840 M).

Sultan pertama yang terpilih adalah Saiyid Maulana Abdul-Aziz Syah (peranakan Arab Quraisy dengan puteri Meurah Perlak), bergelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul-Aziz Syah. Kerajaan Islam yang telah didirikan di Perlak itu, hidup subur dan menjalar luas melalui dinasti raja-rajanya.





Naskah Hikayat Aceh mengungkapkan bahwa penyebaran Islam di bagian utara Sumatera dilakukan oleh seorang ulama Arab yang bernama Syaikh Abdullah Arif pada tahun 506 H atau 1112 M. Lalu berdirilah kesultanan Peureulak dengan sultannya yang pertama Alauddin Syah yang memerintah tahun 520–544 H atau 1161–1186 M. Sultan yang telah ditemukan makamnya adalah Sulaiman bin Abdullah yang wafat tahun 608 H atau 1211 M.

Buku Zhufan Zhi (諸蕃志), yang ditulis Zhao Rugua tahun 1225, mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-fei, tahun 1178 bahwa ada negeri orang Islam yang jaraknya hanya lima hari pelayaran dari Jawa.[2] Mungkin negeri yang dimaksudkan adalah Peureulak, sebab Chu-fan-chi menyatakan pelayaran dari Jawa ke Brunai memakan waktu 15 hari. Eksistensi negeri Peureulak ini diperkuat oleh musafir Venesia yang termasyhur, Marco Polo, satu abad kemudian. Ketika Marco Polo pulang dari Cina melalui laut pada tahun 1291, dia singgah di negeri Ferlec yang sudah memeluk agama Islam.

Perkembangan dan pergolakan

Sultan pertama Perlak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah, yang beraliran Syiah dan merupakan keturunan Arab dengan perempuan setempat, yang mendirikan Kesultanan Perlak pada 1 Muharram 225 H (840 M). Ia mengubah nama ibukota kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Sultan ini bersama istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, kemudian dimakamkan di Paya Meuligo, Peureulak, Aceh Timur.
Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada sultan.
Kaum Syiah memenangkan perang dan pada tahun 302 H (915 M), Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni yang kali ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni.
Pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat tahun antara Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian:
§  Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988)
§  Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023)

Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal sewaktu Kerajaan Sriwijaya menyerang Perlak dan seluruh Perlak kembali bersatu di bawah pimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat yang melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun 1006.



Penggabungan dengan Samudera Pasai

Sultan ke-17 Perlak, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (memerintah 1230 – 1267) menjalankan politik persahabatan dengan menikahkan dua orang putrinya dengan penguasa negeri tetangga Peureulak:
§  Putri Ratna Kamala, dikawinkan dengan Raja Kerajaan MalakaSultan Muhammad Shah (Parameswara).
§  Putri Ganggang, dikawinkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Al Malik Al-Saleh.
Sultan terakhir Perlak adalah sultan ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (memerintah 1267 – 1292). Setelah ia meninggal, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah pemerintahan sultan Samudera Pasai, Sultan Muhammad Malik Al Zahir, putra Al Malik Al-Saleh.


Dinasti Saiyid Maulana

Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul-Aziz Syah, memerintah pada tahun 225-249 H (840-864 M).

Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdur-Rahim Syah, memerintah pada tahun 249-274 H (864-888 M).

Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abbas Syah, memerintah pada tahun 274-300 H (888-913 M).

Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Ali Mughayah Syah, memerintah pada tahun 302-305 H (915-918 M).



Dinasti Makhdum Johan Berdaulat


Raja-raja Dinasti Makhdum Johan Berdaulat adalah turunan dari Meurah Perlak asli (Syahir Nuwi).

5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul-Kadir Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 306-310 H (918-922 M).

6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 310-334 H (922-946 M).

7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul-Malik Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 334-361 H (946-973 M).

8.a. Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Mahmud Syah sebagai sultan yang memerintah pada tahun 365-377 H (976-988 M) dari Dinasti Saiyid Maulana. 8.b. Sultan Makdhum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat sebagai sultan yang memerintah pada tahun 365-402 H (976-1012 M) dari dinasti Makhdum Johan Berdaulat.

9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 402-450 H (1012-1059 M).

10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 450-470 H (1059-1078 M).

11. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 470-501 H (1078-1108 M).

12. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 501-527 H (1108-1134 M).

13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah II Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 527-552 H (1134-1158 M).

14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 552-565 H (1158-1170 M).

15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 565-592 H (1170-1196 M).

16. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 592-622 H (1196-1225 M).

17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 622-662 H (1225-1263 M).

18. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat, yang memerintah pada tahun 662-692 H (1263-1292 M).



#narasumber

Suzana Hj Othman dan Hj Muzaffar Hj Mohamad ; Ahlul Bait Rasulullah SAW & Kesultanan Melayu


Wikipedia



- Disusun dan disunting oleh Mohamad Azhaari Shah bin Sulaiman, sukarelawan XPDC Ibn Battutah 2012.

1 comment:

  1. Perlak ,jeumpa,aceh besar,samudera pasai itu asal usul pendirinya bangsa mon khmer dari champa disebut maharaja imam empat dan percampuran kahwin silang dgn org arab,india muslim,melayu dll,org mon itu di myanmar,khmer itu di kemboja

    ReplyDelete